Bagaimana cara Membaca Alkitab?
Saudara dan saudari bertanya,
bagaimana cara membaca Alkitab agar mencapai hasil? Kunci utama dalam membaca
Alkitab adalah membaca firman Tuhan, dan hal yang paling penting adalah
memahami kehendak Tuhan. Maka bagaimana cara membaca firman-firman Tuhan dalam
Alkitab? Di bawah ini, mari kita berbicara tentang beberapa cara penerapan yang
benar dan efektif, sebagai referensi untuk semua orang:
1. Tidak boleh hanya puas dengan
memahami makna harfiah.
Banyak saudara dan saudari ketika
sedang membaca Alkitab, mereka hanya puas dengan memahami makna harfiah, mereka
berpikir memahami makna harfiah berarti telah memahami makna dari firman Tuhan.
Sebenarnya, jika kita tidak berfokus untuk merenungkan kenyataan yang
ditunjukkan dalam makna firman Tuhan, sekalipun kita menghabiskan lebih banyak
waktu untuk membaca, kita hanya memahami doktrin-doktrin rohani, dan tidak
memahami kehendak dan tuntutan Tuhan. Karena itu, di atas dasar memahami makna
harfiah, kita harus belajar untuk merenungkan makna tersirat, karena semua
firman Tuhan adalah kebenaran, dan di dalamnya ada kehendak Tuhan dan tuntutan
Tuhan, tidak seperti makna harfiah yang begitu sederhana dan dangkal, kita
harus memusatkan perhatian untuk merenungkan firman Tuhan dengan lebih
mendalam. Dengan demikian, kita dapat memahami firman Tuhan dengan tepat, dan
tahu firman Tuhan yang harus diterapkan oleh kita. Ini akan membantu
pertumbuhan dalam kehidupan kita.
Karena itu, ketika kita sedang
membaca Akitab, kita boleh membaca sambil merenungkan: apa kehendak Tuhan dalam
paragraf firman Tuhan ini? Apa tuntutan Tuhan terhadap kita? Dampak apa yang
akan dicapai oleh Tuhan dengan firman ini? dan lain-lainnya. Contohnya, ketika
kita membaca ayat Alkitab dalam Matius 22:37-38: "Engkau harus
mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap pikiranmu.
Inilah perintah pertama dan yang terutama." Jika kita hanya memahami
makna harfiah tentang dua ayat ini, kita akan berpikir bahwa bekerja keras
untuk Tuhan, meninggalkan dan mengorbankan segalanya untuk Tuhan, dan tidak
menyangkal nama Tuhan terlepas dari apakah kita dipenjarakan atau kita dianiaya
oleh keluarga kita—adalah perwujudan dari mengasihi Tuhan. Sebetulnya, melalui
renungan yang lebih mendalam, kita akan dapat merefleksikan apakah bekerja
keras, serta meninggalkan dan mengorbankan segalanya demi Tuhan berarti kita
mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap pikiran kita?
Dalam renungan kita, kita dapat menyadari bahwa pemahaman kita seperti itu
tidak benar, karena orang-orang Farisi juga meninggalkan dan mengorbankan
segalanya dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, mereka bekerja keras, dan
mengelilingi dunia untuk menyebarkan injil, namun pada akhirnya mereka
ditegur oleh Tuhan Yesus: "Tetapi celakalah engkau, ahli-ahli taurat
dan orang-orang Farisi"; dari luar, tampaknya semua yang mereka
lakukan adalah untuk Tuhan, tetapi ketika Tuhan Yesus datang untuk bekerja dan
berfirman, mereka sama sekali tidak mencari dan menyelidiki karya Tuhan Yesus,
malah sibuk menentang dan menghukum kedatangan Tuhan Yesus, dan mengendalikan
orang-orang percaya Yahudi di tangan mereka; dari sini, dapat dilihat bahwa
meskipun mereka dapat meninggalkan dan mengorbankan segalanya untuk Tuhan, pada
hakikatnya mereka bukan melakukannya dengan segenap hati dan segenap pikiran
mereka, dan itu terlebih lagi bukan perwujudan dari mengasihi Tuhan, melainkan
memiliki niat dan tujuan pribadi mereka—bekerja hanya demi status dan mata
pencaharian mereka sendiri. Dengan melakukan refleksi lagi, kita juga bisa
mengenal bahwa pengorbanan dan kerja keras kita demi Tuhan memiliki niat
pribadi kita, mengandung kecemaran dan semata-mata adalah untuk mengadakan
pertukaran dengan Tuhan; kita ingin menggunakan hal-hal tersebut sebagai modal
untuk masuk ke dalam kerajaan surga; ketika pengorbanan kita tidak
memungkinkan kita memperoleh berkat Tuhan, kita akan mengeluh kepada Tuhan.
Pada saat itulah kita baru mengenal diri kita sendiri, bahwa pengorbanan dan
pekerjaan yang kita lakukan ini tidak bisa dikatakan bahwa kita mengasihi Tuhan
dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap pikiran kita, melainkan semua
yang kita lakukan hanya untuk diri kita sendiri.
Kita hanya dapat memahami dengan
melalui renungan bahwa mengasihi Tuhan bukan hanya sekadar perbuatan lahiriah
saja, kuncinya adalah melihat apa niat dan tujuan kita dalam melakukan segala
hal. Apakah niat dan tujuan kita adalah untuk mengasihi Tuhan dan memuaskan
Tuhan, atau untuk mendapatkan keuntungan dan memenuhi keinginan kita sendiri.
Dan perwujudan dari mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati, segenap jiwa,
dan segenap pikiran adalah mengasihi Tuhan dengan mempersembahkan segenap hati
dan tubuh kita. Apa yang kita pikirkan semuanya adalah bagaimana memuaskan
Tuhan, bahkan jika kita perlu mengorbankan nyawa kita sendiri, kita tetap mau
memuaskan Tuhan, dan sama sekali tidak mempertimbangkan kepentingan kita
sendiri. Sama seperti Petrus, dia melakukan tugasnya dengan segenap
kekuatannya. Tugas yang dipercayakan kepadanya oleh Tuhan, dia tidak pernah
lupa, dia memimpin umat-umat pilihan Tuhan secara ketat sesuai dengan ajaran
Tuhan Yesus, meninggikan dan menyaksikan Tuhan dalam setiap hal, dan akhirnya
dia rela disalibkan demi mengasihi Tuhan. Ini adalah benar-benar mengasihi
Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan pikiran. Ketika kita merenungkan seperti
ini sedikit demi sedikit, kita akan benar-benar bisa mengerti arti sebenarnya
dari ayat Alkitab ini, "Engkau harus mengasihi Tuhan dengan segenap
hatimu dan segenap jiwamu dan segenap pikiranmu".
Karena itu, ketika kita membaca
firman Tuhan, kita harus sungguh-sungguh merenungkan arti sebenarnya dan
konotasi dari firman Tuhan; dengan ini, kita dapat menghindari diri dari
memperlengkapi teori-teori rohani. Selama kita berlatih dengan cara ini, kita
pasti akan semakin memahami kehendak Tuhan serta persyaratan-Nya, jalan
penerapan kita akan menjadi lebih akurat dan tepat, dan kehidupan kita juga
akan semakin bertumbuh.
2. Dalam pembacaan firman Tuhan,
kita harus membandingkan firman Tuhan dengan kita sendiri.
Tuhan Yesus berkata: "Bertobatlah
engkau: karena Kerajaan Surga sudah dekat" (Matius 4:17). Kehendak
Tuhan Yesus adalah ingin kita benar-benar memiliki pertobatan sejati, dan pada
akhirnya bisa memasuki kerajaan surga. Dan untuk mencapai pertobatan sejati,
kita harus membandingkan firman Tuhan dengan diri kita sendiri sehingga kita
dapat mengenal kerusakan dan pemberontakan yang ada dalam diri kita sendiri,
bagian mana yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan serta kelemahan dan
kekurangan kita. Namun, ketika kita membaca Alkitab, kita hanya menekankan pada
berapa banyak ayat yang kita baca, atau kita melewati firman Tuhan begitu saja
setelah mendapatkan pemahaman yang sederhana, tetapi kita tidak berfokus untuk
merefleksikan diri kita dengan menggabungkan firman Tuhan; sebagai hasilnya,
kita membaca banyak ayat Alkitab tetapi kita sama sekali tidak mengenal diri
kita sendiri, kita tidak tahu apakah semua yang kita lakukan sesuai dengan
firman Tuhan, dan apakah kita telah memenuhi tuntutan Tuhan. Karena itu, ketika
kita membaca firman Tuhan yang mengungkapkan kerusakan kita dan tuntutan Tuhan
terhadap kita, kita harus membandingkan firman Tuhan dengan diri kita sendiri.
Hanya dengan ini, renungan firman Tuhan kita akan membuahkan hasil.
Sebagai contohnya, mari kita
melihat sebuah firman Tuhan Yesus yang mengatakan: "Tetapi hendaknya
perkataanmu demikian, Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak: Karena
semua yang di luar itu datangnya dari si jahat" (Matius 5:37). "Sesungguhnya
Aku berkata kepadamu, Kecuali engkau dipertobatkan, dan menjadi sama seperti
anak kecil, engkau tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga"
(Matius 18:3). Firman Tuhan Yesus menuntut kepada kita untuk menjadi orang yang
jujur, tidak boleh berbohong dan menipu orang, kita harus menjadi sama seperti
anak kecil yang sederhana dan terbuka, tidak memiliki tipu daya. Kita
mencerminkan diri kita dengan firman Tuhan Yesus, dan berpikir secara
sederhana: setelah kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita juga berbicara secara
sederhana dengan orang lain, kita mengatakan dengan seadanya, sepertinya kita
tidak berbohong dan menipu orang, jadi kita merasa bahwa kita sudah menjadi orang
yang jujur. Sebenarnya, ketika kita menenangkan hati kita, kita memeriksa diri
kita dengan menggunakan hati kita atas perbuatan yang telah kita lakukan dan
perkataan-perkataan yang telah kita ucapkan setiap hari, dan juga segala
sesuatu yang kita pikirkan, kita akan menemukan bahwa kita masih memiliki
banyak kebohongan serta penipuan dalam diri kita, kita masih jauh dari standar
orang jujur yang dituntut oleh Tuhan Yesus. Misalnya: Ketika kita berdoa, kita
mengatakan bahwa kita ingin mengorbankan segalanya untuk Tuhan seumur hidup
kita, tetapi ketika kita mengalami bencana, penganiayaan, serta kesengsaraan
besar, kita akan mengeluh dan menyalahkan Tuhan tanpa kita sadari, dan bahkan
kita akan mengkhianati Tuhan; dari sini, dapat dilihat bahwa doa seperti itu
adalah keinginan kosong, dan itu adalah berbohong kepada Tuhan; ketika orang
lain menunjukkan kesalahan kita dalam hal yang dilakukan oleh kita, demi
menjaga harga diri dan status kita, kita akan membuat alasan, dan menutupinya
dengan berbohong; Terkadang ketika kita melihat masalah orang lain, kita takut
kita akan menyinggung orang lain kalau kita mengutarakannya, lalu kita
mengamalkan filsafat Iblis, "Aku melihat masalah dia dengan jelas tetapi
aku tidak akan mengatakannya untuk mempertahankan persahabatan dengan
dia"; dan tidak mengungkapkan masalah orang lain—ini adalah kelicikan dan
penuh tipu daya; dan lain-lainnya. Semua perwujudan ini dari ketidakjujuran
dalam diri kita dapat dikenali oleh kita secara bertahap dengan melalui secara
ketat mengintrospeksi diri kita dengan mengukur kita berdasarkan firman Tuhan;
pada saat ini, kita akan dapat melihat bahwa kita benar-benar bukan orang yang
jujur, kita penuh kebohongan dan tipu daya dalam diri kita. Kemudian, kita
memikirkan lagi bahwa Tuhan adalah Tuhan yang setia, adil dan benar; jika kita
tidak menyelesaikan semua watak rusak ini, kita sama sekali tidak memiliki
kelayakan untuk memasuki kerajaan surga; setelah kita mengenali semua ini, kita
akan membenci diri kita sendiri karena kerusakan kita terlalu dalam, dan kita
sangat membutuhkan keselamatan Tuhan, sehingga kita akan mencari
jalan penerapan dalam firman Tuhan dengan cemas untuk menghapus masalah tipu
daya untuk mencapai kejujuran, kita akan berusaha dengan sepenuhnya untuk
mencapai target menjadi orang jujur.
Oleh karena itu, ketika kita
membaca Alkitab kita harus memperhatikan untuk mengintrospeksi dan mengenal
diri kita, karena penerapan dalam aspek ini sangatlah penting bagi kita sebagai
orang yang percaya kepada Tuhan. Hanya dengan merefleksikan segala perbuatan
dan perilaku kita, serta gagasan dan pemikiran kita, kita akan dapat melihat
kerusakan, kelemahan dan kekurangan yang ada di dalam diri kita, sehingga kita
merasa sangat mendesak bagi kita untuk mengejar kebenaran dan menerapkan kebenaran.
Dengan cara ini, kita juga telah mencapai dampak yang sesuai dalam membaca
Alkitab, dan kita akan semakin dekat dari tuntutan Tuhan.
3. Kita harus memusatkan perhatian
untuk mengenal watak Tuhan dari firman-firman Tuhan
Setiap firman Tuhan adalah ekspresi
sejati dari kehidupan dan watak Tuhan; oleh karena itu, firman Tuhan memiliki
watak Tuhan di dalamnya, yang semuanya merupakan ungkapan dari semua yang Tuhan
miliki dan siapa Tuhan itu. Jadi, kita harus memperhatikan untuk mengenal Tuhan
dari firman-firman-Nya. Ini adalah cara penting untuk mengenal Tuhan. Ketika
kita mencari dan merenungkan dengan cara ini, kita akhirnya dapat mencapai
pemahaman yang benar tentang Tuhan, sehingga ketika hal-hal terjadi di masa
depan, kita akan tahu bagaimana melakukannya sesuai dengan kehendak Tuhan, dan
tidak akan dengan mudah melanggar watak Tuhan.
Adapun hal ini, mari kita
berbicara dengan mengambil satu contoh. Misalkan ketika kita melihat kata-kata
Tuhan Yesus: "Bukan setiap orang yang memanggil-Ku, Tuhan, Tuhan, yang
akan masuk ke dalam Kerajaan Surga; melainkan dia yang melakukan kehendak
Bapa-Ku yang di surga. Banyak orang akan berkata kepada-Ku di hari itu kelak,
Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu, telah mengusir
setan-setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak pekerjaan ajaib demi nama-Mu?
Saat itu Aku akan menyatakan kepada mereka, Aku tidak pernah mengenalmu:
pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan" (Matius
7:21-23). Kita harus belajar untuk berfokus pada upaya mencari tahu watak apa
yang Tuhan nyatakan dalam firman-Nya, mengapa Tuhan berkata begitu? Setelah
merenungkan, kita dapat melihat bahwa Tuhan tidak memuji semua orang yang
percaya pada Tuhan, dan yang meneriakkan "Tuhan, Tuhan", seperti
orang-orang yang tampaknya menghabiskan waktu dan mengorbankan milik mereka
demi Tuhan, apa yang mereka lakukan bukanlah untuk melakukan kehendak Tuhan,
tetapi untuk diberkati dan memasuki kerajaan surga. Mereka ada niat dan tujuan
pribadi. Sikap Tuhan terhadap orang-orang ini adalah kebencian dan kejijikan.
Dari sini, kita dapat melihat bahwa Tuhan bukanlah seperti yang kita bayangkan
bahwa Tuhan adalah Tuhan yang memberi manusia rahmat dan penuh belas kasihan
dan kasih setia, sebenarnya Tuhan juga memiliki kemegahan dan keadilan; tidak
benar dikatakan bahwa selama kita percaya kepada Tuhan, kita semua dapat
diberkati dan dipuji oleh Tuhan; hanya mereka yang benar-benar melakukan
kehendak Tuhan, mereka yang benar-benar menaati Tuhan Yesus, dan mereka yang
mengorbankan milik mereka demi untuk mengasihi Tuhan Yesus serta
memuaskan-Nya—akan diberkati oleh Tuhan dan masuk ke dalam kerajaan
Tuhan pada akhirnya. Sama seperti pengorbanan yang Petrus
lakukan, dia berkorban dengan hati yang tulus demi Tuhan tanpa tujuan atau niat
pribadi, semua yang dilakukan oleh Petrus adalah untuk memuaskan Tuhan, dan
akhirnya dia disalib terbalik bagi Tuhan. Petrus mencapai kasih yang agung
terhadap Tuhan, mampu menaati Tuhan sampai mati, dan telah memberikan kesaksian
yang bergema. Orang seperti itu akan menikmati berkat abadi Tuhan dalam
Kerajaan Surga. Orang-orang Farisi percaya kepada Tuhan dari generasi ke generasi;
dari penampilan luar, mereka bekerja keras dan memiliki jasa, serta
mengorbankan milik mereka dan meninggalkan sesuatu demi Tuhan Yesus, tetapi
mereka adalah orang yang membenci kebenaran dan menentang Tuhan. Tuhan Yesus
telah mengutuk mereka dengan "tujuh kecelakaan" dan mereka tidak akan
pernah menerima pujian dari Tuhan. Ini ditentukan oleh watak Tuhan yang benar
dan kudus. Setelah memahami poin ini, kita akan memiliki pemahaman baru tentang
watak Tuhan yang benar, kita tahu apa yang diperkenankan oleh Tuhan, dan apa
yang dibenci oleh Tuhan, sehingga dapat mengejar untuk menjadi seseorang yang
memuaskan Tuhan.
Dapat dilihat dari hal ini bahwa
sangat penting bagi kita untuk merenungkan dan memahami watak Tuhan ketika kita
membaca firman Tuhan. Kalau tidak, kita tidak akan memiliki pemahaman yang
benar tentang Tuhan, dan tidak pernah tahu apa yang disukai dan dibenci oleh
Tuhan, sehingga kita akan mendefinisikan Tuhan dalam imajinasi dan konsepsi
kita, dan pada akhirnya kita juga tidak akan memperoleh pujian dari Tuhan. Oleh
karena itu, kita harus mengerahkan upaya yang besar dalam firman Tuhan,
sungguh-sungguh merenungkan watak Tuhan yang terkandung di dalamnya, dan
memahami semua yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu. Hanya saja firman Tuhan
terlalu mendalam. Ada beberapa kebenaran yang tidak bisa kita pahami hanya
dengan merenungkan sekali atau dua kali. Oleh karena itu, kita perlu lebih giat
merenungkan firman Tuhan, lebih banyak berdoa, dan lebih banyak melakukan
pencarian. Kita juga boleh lebih banyak berkomunikasi dengan saudara-saudari.
Saya percaya bahwa selama kita mau membayar harganya, Roh Kudus juga akan mulai
menuntun kita.
Tiga prinsip utama di atas adalah
penerapan utama untuk membaca firman Tuhan. Jika sekarang kita membaca firman
Tuhan berdasarkan cara-cara ini, maka kita dapat memahami lebih banyak
kebenaran, dan kehidupan kita juga akan terus bertumbuh bagaikan bunga wijen
yang mekar!